Selamat Datang Di Website BPS Kab. Banggai Kepulauan, silakan datang ke Pelayanan Statistik Terpadu BPS Kab Banggai Kepulauan di Kompleks Perkantoran, Jl. Bukit Trikora, Tinangkung, setiap hari kerja mulai pukul 07:30 s.d 16:00 WITA
Buklet Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 dapat diakses pada link berikut
Perkembangan
penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2013 – 2017 meskipun
secara absolut terlihat meningkat, namun secara persentase menunjukkan
kecenderungan penurunan. Pada akhir-akhir periode tersebut angka
kemiskinan terlihat berfluktuasi. Tahun 2013 pada bulan Maret jumlah
penduduk miskin 406,97 ribu jiwa (14,67 persen), bulan September 2013
sebanyak 400,41 ribu jiwa (14,32 persen), bulan Maret 2014 sebanyak
392,65 ribu jiwa (13,93 persen), bulan September 2014 sebanyak 387,06
ribu jiwa (13,61 persen), bulan Maret 2015 sebanyak 421,63 ribu jiwa
(14,66 persen), bulan September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07
persen), bulan Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen),
bulan September 2016 sebanyak 413,15 ribu jiwa (14,09 persen), dan bulan
Maret 2017 sebanyak 417,87 ribu jiwa (14,14 persen).
Selama
periode September 2016 – Maret 2017, penduduk miskin di Sulawesi Tengah
naik sebanyak 4,72 ribu jiwa atau naik 0,05 persen point. Pada periode
tersebut jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan
bertambah masing-masing sebesar 2,08 ribu jiwa dan 2,63 ribu jiwa.
Periode
September 2016 – Maret 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,35 persen,
yaitu dari Rp. 382.775,- per kapita per bulan pada September 2016
menjadi Rp. 391.763,- per kapita per bulan pada Maret 2017.
Periode
September 2016 – Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
menunjukkan peningkatan dari 2,28 menjadi 2,55. Hal tersebut
mengindikasikan rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan semakin membesar artinya rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauh di bawah garis kemiskinan
atau ke arah yang kurang baik.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
menunjukkan kecenderungan naik dari 0,56 pada periode September 2016
menjadi 0,72 pada periode Maret 2017. Hal tersebut menunjukkan
ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin melebar.